Berjarak



Ada hal yang tanpa kita sadari ternyata membentangkan jarak dengan dua hal paling berarti dalam diri kita : hidup dan orang-orang di dalamnya. Mungkin bukan hanya saya yang pernah berpikir untuk 'pergi' dengan cara menerjunkan diri pada kesibukan-kesibukan baru. Menghabiskan banyak waktu dan menenggelamkan pikiran sedalam-dalamnya. Banyak yang melakukannya karena satu dan berbagai alasan mendasar.

Saya setuju bahwa the time when you decide to walk away is the time when everything will begin. Hanya mungkin saya mengartikannya dengan terlalu sempit sehingga saya lupa bahwa segalanya adalah lambang untuk yang saya harapkan dan yang tidak saya harapkan. Bahwa segalanya mungkin saja menyeret hidup saya dan orang-orang di dalamnya.

Kita, saya pun termasuk, pada akhirnya hanya mengikuti ke mana kesibukan akan membawa kita berlabuh. Dengan penuh harapan besar bahwa kesibukan demi kesibukan ini tidak akan mengkhianati perjuangan kita. Tapi ternyata tanpa sadar, semakin kita larut dengan kesibukan dan (otomatis) bertemu dengan orang-orang baru, kita justru semakin menjauh dari hidup dan perlahan mulai meninggalkan orang-orang di dalamnya.

Ini bukan bagian dari keinginan kita untuk berjarak. Ini sebuah proses yang terus berjalan untuk membiasakan diri dengan hidup baru dan orang-orang yang juga baru. Kita (mungkin saya) hanya terlalu terlambat menyadarinya sampai rasa gamang menyaksikan bagaimana jauhnya jarak yang membentang di antara hidup yang lama dan orang-orang di dalamnya itu akhirnya terjadi. 

Posisi orang asing dan kerabat dekat seperti tertukar. Momen penting dan tidak penting juga saling berpindah label. Dan prioritas pun akhirnya berganti. 

Tapi di titik itu kita akhirnya akan terbiasa. Lalu, perlahan-lahan kita semakin lupa dengan hidup yang sebelumnya dan semakin berjarak dengan orang-orang yang sempat ada. Nyatanya benar. Kita memang dipindahkan dari titik ke titik lain untuk bisa menemukan dan ditemukan meski harus dengan cara meninggalkan dan ditinggalkan. 


Comments

Popular Posts